Pages

Kisah 1001 Malam BAG. II

Malam Ke- 4
"Wahai baginda Syahrayar," Syahrazad melanjutkan ceritanya, "terdorongoleh rasa kesal atas ketidakpercayaan si nelayan tua, bahwa tubuhnya memang benar-benar dapat masuk ke dalam botol, sang jin tiba-tiba mengubah menjadiasap. Asap itu kemudian mengecil dan mulai masuk ke dalam botol sedikitdemi sedikit.Mengetahui muslihatnya berhasil, si nelayan tua segera menutup botoltembaga itu dengan tutup timahnya seperti semula seraya berkata, 'Hai jin busuk! Kini bayangkanlah sesukamu bagaimana cara
membunuhku, karenaaku akan melemparkan engkau kembali ke dasar laut. Dan kemudian aku akanmembuat rumah di pantai ini, untuk memperingatkan siapa pun yang datanguntuk tidak mencari ikan di sini, karena perairan ini dihuni oleh jin jahat yangakan membunuh siapa pun yang membebaskannya dari dalam botol.'Ketika sang jin mendengar perkataan nelayan tua itu, dia pun menyadarikebodohannya dan berniat untuk kembali keluar dari dalam botol. Namunusahanya sia-sia, jin jahat itu kembali terkurung di dalam botol seperti sediakala, apalagi dia melihat segel baginda Sulaiman a.s. yang amat ditakutinya,telah kembali menutup mulut botol dengan rapat.
Dari dalam botol dia tahu bahwa si nelayan tua sedang membawa botoltembaga tempatnya dikurung ke arah laut. Maka dengan suara lembut, jin itu berkata, 'Wahai nelayan yang budiman, apa yang akan kau lakukanterhadapku?' Nelayan tua itu menjawab, 'Aku akan melemparkanmu ke dasar laut. Jikaselama ini kau telah tinggal di sana selama seribu delapan ratus tahun, makaaku akan membuatmu tinggal di dasar laut sampai kiamat!''Wahai nelayan, bebaskanlah aku, dan aku berjanji untuk berbuat baik  padamu,' jin bodoh itu terus merajuk.'Hai laknat! Kau tentu berdusta. Kelakuanmu sama saja seperti menteriRaja Yunan dan ahli hikmah yang bernama Duban,' ujar si nelayan tua.'Siapa mereka? Apa yang mereka lakukan?' tanya sang jin.Sembari membawa botol tembaga dengan jin di dalamnya, si nelayan tua berkata, 'Dulu, di negeri Persia pernah hidup seorang raja yang bernama RajaYunan. Raja Yunan memiliki begitu banyak harta kekayaan, pasukan, kekuatan,dan bala bantuan.Tetapi, ternyata Raja Yunan yang perkasa itu memiliki belang di kulitnyayang tidak dapat disembuhkan, baik oleh para ahli ilmu hikmah maupun oleh para tabib. Sementara itu di ibu kota kerajaan, telah tiba seorang ahli hikmahtua yang terkemuka bernama Duban. Duban adalah seorang ahli hikmahyang mempelajari banyak kitab-kitab dari Yunani, Persia, Romawi, Arab, danSuryani. Dia juga menguasai ilmu kedokteran dan ilmu nujum dengan segalaseluk-beluknya, dan bahkan dia juga mengetahui khasiat bermacam-macamtumbuhan, tanaman, dan rerumputan berkhasiat. Duban juga menguasai filsafatdan ilmu kedokteran dengan berbagai cabangnya.Setelah beberapa hari tinggal di ibu kota kerajaan, Duban mendengar  penyakit yang diderita baginda raja yang tidak dapat diobati oleh para tabibdan orang pintar. Demi mengetahui hal itu, Duban terus memikirkannya disepanjang malam, hatinya pun resah.Keesokan harinya, Duban menghadap baginda Raja Yunan. Duban mem- perkenalkan dirinya, 'Paduka, hamba mendengar berita tentang penyakit yangmenyerang tubuh Paduka. Hamba mendengar bahwa sudah banyak tabib yangtidak mampu menyembuhkan penyakit tersebut. Pagi ini izinkan hamba me-nawarkan diri untuk mengobati penyakit yang Paduka derita. Hamba tidak akan meminta Paduka Raja untuk meminum obat tertentu dan hamba jugatidak akan mengobati penyakit Paduka dengan menggunakan minyak oles.'Ketika mendengar tawaran yang diajukan oleh Duban, Raja Yunan merasatakjub, ia lalu berkata, 'Jadi apa yang akan kau lakukan? Karena, demi Allah, jika kau berhasil menyembuhkan penyakitku, niscaya aku akan membuat kaudan semua keturunanmu menjadi kaya raya, aku juga akan memberimu semuayang kau inginkan, dan kau pun akan kujadikan sahabatku yang paling kusukai.'Raja Yunan tampak amat tertarik pada tawarannya yang diajukan Duban.'Benarkah kau sanggup menyembuhkan penyakitku tanpa obat maupunminyak oles?' tanya baginda penasaran.'Benar,' jawab Duban.Dengan diliputi perasaan heran, Raja Yunan memerintahkan Duban untuk segera memulai proses pengobatan. Duban pun mematuhi perintah itu, dandia mulai tinggal di dekat istana raja, di sebuah rumah yang disewa khususuntuknya. Duban juga membawa semua buku, obat-obatan, dan botol-botolyang dia miliki ke dalam rumah itu.Tak lama berselang, Duban mengeluarkan beberapa macam obat dan beberapa buah botol. Setelah itu, Duban mulai membuat obat dan ramuan.Dari obat dan ramuan yang dibuatnya, Duban membuat sebuah tongkat yangdilubangi pada bagian tengahnya. Duban juga membuat sebuah bola. Ketikasemua yang dibutuhkannya telah selesai dibuat, pada keesokan harinya, Dubankembali menghadap Raja Yunan.Setelah bertemu dengan Raja Yunan, Duban meminta Raja segera pergike lapangan untuk bermain bola dengan tongkat yang telah dibuatnya. Rajamenuruti perintah Duban dan mulai bermain bola bersama para pejabat, pengawal, menteri, dan pembesar negeri.Dengan perasaan yang campur aduk, Raja Yunan memasuki lapangan. Tak lama, datanglah Duban untuk menyerahkan tongkat yang dibuatnya kepada baginda raja. Dia berkata, 'Silakan Paduka ambil tongkat ini, dan peganglahdengan cara seperti ini. Setelah itu, masuklah ke tengah lapangan dan pukullah bola ini sekuat-kuatnya, sampai tangan dan tubuh Paduka berkeringat. Denganadanya keringat itulah, obat yang hamba buat akan mengalir dari tangan kesekujur tubuh Paduka. Setelah selesai bermain, Paduka hendaknya langsungkembali ke istana untuk mandi dan membersihkan diri. Semoga saja pada saatitu penyakit Paduka telah sembuh.'Raja Yunan kemudian mengambil tongkat dari tangan Duban dan segeramenaiki tunggangannya. Bola pun dilemparkan, dan Raja Yunan langsung me-ngejarnya dan memukulnya sekuat tenaga dengan tongkat yang digenggamnya erat-erat. Berulang-ulang Raja Yunan memukul bola, sampai tangan dan sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat. Ramuan obat pun mulai mengalir.Ketika Duban mengetahui bahwa ramuan yang dibuatnya telah mengaliriseluruh tubuh Raja Yunan, ia pun meminta baginda menyudahi permainandan kembali ke istana untuk mandi. Raja Yunan menuruti permintaan itu, dan baginda langsung pulang ke istana dan memerintahkan agar kamar mandisegera disiapkan. Para pelayan dan budak istana sibuk menyiapkan kamar mandi. Raja kemudian mandi sampai badannya benar-benar bersih.Sesuai mandi, Raja Yunan mengenakan pakaiannya di dalam kamar mandi.Sekeluarnya dari kamar mandi, baginda melihat-lihat tubuhnya. Ajaib. Dia tidak lagi melihat belang yang bertahun-tahun tidak bisa hilang itu. Tubuh bagindaRaja Yunan kembali bersih bagaikan perak putih. Bukan main gembiranyaRaja Yunan ketika mengetahui bahwa penyakitnya telah sembuh. Baginda punsegera menuju istana untuk tidur.Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Raja Yunan telah memasuki ruangutama istana dan duduk di singgasananya. Beberapa pengawal dan pembesar kerajaan datang menghadap.Mari kita tinggalkan sejenak Raja Yunan yang sedang berbahagia. Sekarangkita beralih untuk melihat Duban, si orang pintar.Setelah pulang dari pertandingan kemarin petang, Duban kembai ke tempattinggalnya. Keesokan harinya, orang pintar ini langsung menuju istana danmeminta izin untuk menghadap raja. Raja tentu mengizinkan Duban untuk  bertemu dengannya. Di hadapan Raja Yunan, Duban bersenandung:
Kemuliaan tampak, ketika seorang bapak dipanggil  Dia tentu menolak, jika bukan kau yang memanggil  Wahai pemilik wajah yang cahayanya begitu mulia, dan menghapus gulita Wajahmu terus bersinar bak bulan di tengah malam hingga tak kau lihat wajah zaman yang masam Kau limpahi aku segala anugerah kemuliaan Memperlakukan kami bagai awan kepada tutnbuhan Banyak harta kau habiskan 'tuk mencari kemuliaan Dan di tengah zaman, begitu banyak yang kau butuhkan
Ketika Raja Yunan melihat orang yang telah berhasil mengobati penyakitnyaitu datang, baginda pun meminta Duban duduk di sampingnya. Kemudianmereka berdua menyantap hidangan yang telah disajikan.Sepanjang hari Raja Yunan menjamu Duban dengan segala kenikmatan,dan ketika malam tiba, Raja Yunan memberikan dua ribu dinar kepada Duban, belum termasuk berbagai macam bingkisan dan hadiah lainnya. Duban pulangkembali ke rumahnya. Sementara sang raja yang sedang gembira tak henti-hentinya mengagumi orang yang telah mengobati penyakitnya. Di dalam hatiRaja Yunan berkata, 'Orang ini telah berhasil mengobati penyakitku tanpa meng-gunakan minyak oles sama sekali. Demi Allah, hal seperti itu tentu merupakanhasil dari pengetahuan yang mendalam. Aku harus terus membuatnya senangdan memuliakan dirinya, aku pun juga harus menjadikannya teman selama-lamanya.'Malam itu, Raja Yunan tidur dengan hati berbunga-bunga. la begitu gembiraatas kesembuhan dirinya dari penyakit yang telah dideritanya begitu lama.Keesokan harinya, seperti biasa baginda Raja Yunan kembali duduk disinggasananya. Beberapa pembesar kerajaan datang menghadap. Telah hadir  pula beberapa pejabat dan menteri yang duduk di sisi kanan dan kiri bagindaraja. Raja Yunan lalu memerintahkan agar Duban dipanggil. Duban pun datangdan masuk ke dalam istana.Setibanya di istana, Raja Yunan langsung menyambut orang pintar ini dankemudian mempersilakannya duduk di samping baginda raja. Tak berapa lama,mereka berdua tenggelam dalam pembincangan sampai malam menjelang.Sebelum Duban pulang, Raja Yunan menghadiahinya dengan lima potong pakaian dan uang seribu dinar. Setelah mengucapkan terima kasih pada sangraja, Duban kembali pulang.Keesokan harinya, Raja Yunan kembali masuk ke ruang utama istananya.seperti biasanya, di dalamnya telah hadir seluruh pejabat, menteri, dan pengawalraja. Tampak hadir pula salah seorang menteri yang suka mendengki. Ketikamenteri yang jahat ini mengetahui bahwa baginda raja memiliki kedekatankhusus dengan Duban serta sering memberinya berbagai macam pemberian,muncul perasaan dengki di hatinya dan dia mulai menyusun sebuah rencana busuk.Menteri jahat itu menghadap Raja Yunan. Dia berkata, 'Wahai Paduka Rajayang begitu baik kepada semua orang, sesungguhnya hamba memiliki sebuahnasihat untuk Paduka yang akan hamba sampaikan atas perkenan Paduka.'
Mendengar permintaan itu, Raja menjawab, 'Apa nasihatmu?''Wahai Paduka Raja,' si menteri jahat memulai penuturannya, 'Sesungguh-nya hamba melihat bahwa Paduka telah melakukan kesalahan dengan memberi berbagai macam hadiah kepada salah seorang musuh Paduka yang terus berusaha merongrong kerajaan yang Paduka pimpin. Paduka justru terus mem- perlakukan musuh itu dengan baik serta memuliakannya begitu rupa. Hambatakut kalau-kalau hal itu justru akan membahayakan Paduka.Demi mendengar apa yang diungkapkan oleh menterinya itu, seketika wajah baginda Raja Yunan menjadi merah padam, seraya berkata, 'Siapa yang kaumaksud sebagai musuhku tetapi aku memperlakukannya dengan baik itu?''Duhai, sadarlah Paduka,' ujar sang menteri, 'yang hamba maksud adalahDuban!''Mengapa kau berkata begitu? Duban adalah sahabatku, dan dia juga adalahorang yang paling mulia bagiku, karena dialah yang berhasil menyembuhkan penyakitku yang bertahun-tahun tidak dapat disembuhkan oleh tabib mana pun. Di zaman seperti ini, aku tak dapat menemukan orang seperi Duban.Kukira kau mengatakan ini hanya karena kau iri seperti yang pernah kudengar tentang Raja Sindbad,' ujar baginda tak percaya."
 Pagi datang lagi, Cerita Syahrazad pun terhenti. Satu malam lagi, putri yang cerdas ini selamat dari mati.
Malam Ke- 5
Syahrazad melanjutkan ceritanya...
Raja Yunan lalu berkata kepada menterinya itu, "Hai menteri! Ketahuilah bahwa perasaan iri telah merasuki dirimu atas Orang Pintar itu. Kau tentu ingin agar aku membunuhnya, dan sesudah itu, aku akan menyesal seperti yang pernahmenimpa Raja Sindbad yang membunuh burung elang kesayangannya.""Bagaimana ceritanya?" tanya sang menteri."Pada zaman dahulu hiduplah seorang raja Persia," Raja Yunan memulai penuturannya, "Raja Persia ini memelihara seekor elang yang amat disayanginya, bahkan seringkali elang ini tidur di tangannya sepanjang malam. Raja selalumembawa elang kesayangannya itu ketika ia berburu. Raja juga mengalungkansebuah cangkir yang terbuat dari emas di leher elang itu untuk digunakan disaat minum.Pada suatu hari, juru rawat elang raja datang menghadap, 'Wahai baginda,musim berburu telah tiba,' ujarnya.Mengetahui hal itu, sang raja segera mempersiapkan segala sesuatu yangakan dibawanya berburu. Tak lupa, baginda membawa serta burung elangkesayangannya.Setelah beberapa lama menempuh perjalanan, rombongan Raja tiba disebuah lembah. Jaring buruan pun dipasang. Tak perlu menunggu terlalu lama,ketika tiba-tiba seekor kijang terperangkap di dalam jaring yang mereka pasang.Pada saat itu, Raja berkata, 'Kalau ada di antara kalian yang menyebabkan kijangini terlepas, maka aku akan membunuhnya.' Mendengar ancaman sang Raja,seluruh pengawal memperkuat jeratan jaring buruan yang mereka pegang.Entah bagaimana, kijang yang terjerat di dalam jaring itu menghadapkanmukanya ke arah Raja seraya menundukkan kepalanya, seakan-akan kijangitu sedang bersujud kepada Raja. Melihat itu, sang Raja pun menganggukkankepalanya, dan tiba-tiba saja kijang itu melompat ke atas kepala Raja danmelarikan diri.Seraya terkejut atas apa yang dialaminya, baginda Raja memalingkan pan-dangannya ke arah para pengawal. Raja pun melihat bahwa para pengawalnyaitu menunjukkan tatapan mata yang aneh padanya. 'Wahai menteri, apa yangmereka gunjingkan?'Menterinya menjawab, 'Mereka ramai membicarakan pernyataan bagindatadi bahwa baginda akan membunuh siapa pun yang menyebabkan kijangtadi melarikan diri.'Mendengar sindiran itu, Raja langsung bersumpah, 'Demi hidupku, akankutangkap kijang itu ke mana pun larinya.'Raja pun kemudian mengikuti jejak kijang yang tadi melarikan diri. Tak terlalu sulit bagi Raja untuk menemukan kijang yang dikejarnya. Sebelum Rajamendekati kijang tersebut, seketika elang kesayangannya terbang menerkamkijang tersebut, hingga matanya buta, dan kijang itu pun berhasil ditaklukkan.Kemudian Raja mengeluarkan sebilah besi dan dipukulnya kijang itu. Raja lalumenyembelih kijang hasil buruannya itu.
Pada saat itu, udara terasa amat panasnya, sementara tempat itu adalah gurunyang kering kerontang. Raja dan kuda yang ditungganginya mulai merasakanhaus. Raja memandang sekelilingnya untuk mencari air. Ajaib. Raja menemukansebatang pohon yang dari batangnya keluar air. Tanpa pikir panjang, sangRaja langsung mengambil cangkir yang terdapat di leher elang peliharaannyadan mengisinya dengan air. Setelah cangkir itu penuh, Raja meletakkannya dihadapannya, dan tiba-tiba elang kesayangannya menyambar cangkir itu hinggaair di dalamnya tumpah. Rajapun mengambil lagi cangkir yang terjatuh dankembali diisinya dengan air. Sang Raja mengira bahwa kelakuan elangnya itudisebabkan karena elangnya juga merasakan haus seperti dirinya.Untuk kedua kalinya, sang Raja meletakkan cangkir yang berisi air di hadapannya, namun lagi-lagi elang miliknya terbang dan menyambar cangkir tersebut hingga airnya tumpah. Bukan main marahnya sang Raja kepada burung peliharaannya itu. Diambilnya untuk ketiga kalinya, dan langsungdiberikan kepada kuda tunggangannya, namun lagi-lagi, si elang terus berusahamenumpahkan isi cangkir itu dengan sayapnya.'Dasar burung terkutuk! Mengapa kau halang-halangi kita semua minum,'ujar baginda Raja seraya mengayunkan pedangnya ke arah elang miliknya,hingga putuslah sayapnya.Sembari menahan sakit, elang kesayangan Raja itu memberi isyaratkepada Raja untuk melihat ke atas pohon tempat dia mengambil air. Raja punmengangkat kepalanya ke atas pohon untuk melihat apa sebenarnya yang adadi atas pohon. Raja terkejut, karena ternyata di atas pohon itu terdapat seekor ular besar yang membiarkan bisa dari mulutnya menetes ke bawah pohon.Bukan main penyesalan yang dirasakan oleh sang Raja, ketika menyadarikebodohannya yang telah menebas sayap elang kesayangannya. Dia lalu bangkit dan menaiki kudanya untuk kembali ke tempatnya semula. Kijangyang berhasil ditangkapnya diserahkan kepada juru masak. Kemudian sangRaja duduk, sementara di tangannya, elang kesayangannya sedang meregangnyawa. Burung yang amat disayanginya dan baru saja menyelamatkan nyawanyaitu pun mati. Kesedihan sang Raja meledak dalam penyesalan atas apa yangtelah dilakukannya."Ketika menteri Raja Yunan mendengar kisah itu, iapun berkata kepada baginda Raja, "Wahai baginda raja yang agung, jadi bahaya apa yang bagindalihat dari apa yang hamba lakukan? Sebenarnya hamba melakukan ini karenahamba kasihan kepada baginda. Hamba juga yakin bahwa baginda akan se-gera mengetahui kebenaran atas apa yang hamba ucapkan. Jika baginda sudimendengarkan peringatan hamba, baginda akan selamat, tetapi jika tuduhankuini ternyata salah, maka hamba pasti akan dihukum mati seperti yang duludialami oleh seorang menteri yang melakukan tipu muslihat atas diri seorang putra Raja.Raja tersebut memiliki seorang putra yang sangat gemar berburu. Selainitu, sang Raja juga memiliki seorang menteri yang ditugaskan untuk selalumengikuti putranya ke mana pun putranya itu pergi.Pada suatu hari, pangeran putra Raja ini keluar istana untuk berburu.Sang menteri pun menyertai perburuan yang dilakukan oleh pangeran yangharus terus dikawalnya itu. Singkat cerita, mereka menemukan seekor binatangyang besar."Sungguh seekor buruan yang tepat untuk pangeran, kejarlah ia!" ujar menteri kepada sang pangeran.Tanpa pikir panjang, sang pangerang langsung mengejar buruannyasendirian. Sampai akhirnya, setelah jauh mengejar dan tidak berhasil menangkap buruan yang dikejarnya, sang pangeran menyadari bahwa dirinya telah tersesat.Sang pangeran kebingungan, entah berada di mana dia sekarang.Di tengah kebingungan, sang pangeran melihat seorang gadis yang sedangmenangis di ujung jalan yang dilaluinya. Dia lalu bertanya pada gadis itu,"Siapa kau?"Gadis itu menjawab, "Aku adalah salah seorang putri Raja Hindustan.Sebenarnya aku sedang melakukan perjalanan, namun aku terserang kantuk sehingga aku terjatuh dari kuda yang kukendarai. Kini aku di sini, tanpa tahudi mana aku sebenarnya."Mendengar pengakuan itu, sang pangeran merasa iba kepada putri Raja Hindustan itu. Dipapahnya sang putri dan dinaikkan ke punggung kudayang ditungganginya. Setelah beberapa lama berjalan, mereka tiba di sebuahsemenanjung. Sang putri berkata, "Tuan, izinkan aku untuk buang air barangsejenak."Sang pangeran menurunkan putri tersebut dan menguntitnya dari belakang. Dengan amat perlahan, tanpa sepengetahuan sang putri, sang pangeran mendekati sang putri dari belakang. Dugaannya benar, gadis yangmengaku sebagai putri Raja Hindustan itu ternyata adalah hantu betina. Hantuitu sedang berbicara kepada anak-anaknya, "Hai anak-anakku, hari ini ibu berhasil membawa seorang manusia yang gemuk.""Terima kasih, Bu. Bawalah ia kemari untuk segera kami santap," jawabanak-anaknya.Ketika telinganya mendengar semua kalimat itu, sang pangeran langsungmenyadari bahwa dirinya berada di ambang maut, dengan tubuh gemetar,sang pangeran kembali ke tempatnya semula. Di tengah ketakutan yang me-ngepungnya, si 'Putri Hidustan' kembali ke hadapannya dan berkata, "Mengapatuan ketakutan?"Sang pangeran menjawab, "Sebenarnya aku memiliki seorang musuhyang amat kutakuti.""Bukankah tadi tuan mengaku bahwa tuan adalah seorang pangeran?"Tanya hantu betina itu."Benar," jawab pangeran."Kalau memang demikian, mengapa tuan tidak memberi harta bendakepada musuh tuan itu agar dia senang," kata hantu itu."Tak mungkin. Musuhku itu tidak menyukai harta, yang dia inginkanhanyalah nyawaku. Sungguh aku takut padanya, dan aku adalah orang yangdizalimi." Jawab sang pangeran.Kemudian hantu itu pun berkata, "Jika benar tuan adalah orang yangdizalimi seperti yang tuan katakan, lantas, mengapa tuan tidak meminta per-tolongan kepada Allah agar Dia menghentikan kejahatan musuh tuan itu?"Setelah mendengar anjuran si hantu betina, sang pangeran kemudian me-nengadahkan kepalanya ke langit seraya berdoa, "Wahai Zat Yang MenjawabDoa dan Menyingkirkan Keburukan bagi setiap orang sengsara yang berdoa pada-Nya. Tolonglah hamba dari kejahatan musuh hamba, dan jauhkanlahia dari diri hamba, karena sesungguhnya Engkau Mahasanggup berbuat apasaja sekehendak-Mu."Seusai doa itu dibacakan, tiba-tiba hantu betina itu langsung lenyap darihadapan sang pangeran, sedangkan sang pangeran secara ajaib telah tiba kembali di istana ayahnya. Di sana pangeran menuturkan semua hal yang barudialaminya, termasuk kejahatan yang dilakukan oleh sang menteri. Menteri busuk itu menyudahi ceritanya."Jadi, jika Paduka terus mempercayai Duban, tentu dia akan membunuhPaduka," ujar sang menteri meyakinkan Raja Yunan.Akhirnya, Raja Yunan mempercayai dusta yang disampaikan menterinyaitu, "Jadi apa yang harus kulakukan sekarang?" Menteri jahat itu menjawab, "Saat ini juga, panggillah Duban untuk menghadap Paduka. Sesampainya di sini, Paduka harus langsung memenggallehernya, jangan sampai Paduka didahului olehnya.""Baik, akan kulakukan," Raja Yunan setuju, dan dia segera mengirim salahsatu pelayan istana untuk memanggil Duban.Ketika Duban sampai di hadapan Raja, dia menyenandungkan qasidah berikut ini:
Sungguh kau telah berbuat baik padaku sebelum kuminta Segala kenikmatan datangi aku, tanpa halangan apa pun  Aku kukatakan bahwa apa yang kaulakukan padaku Meringankan sedihku, meski memberatkan aku
Dia lalu menyenandungkan syair berikut:
Jangan tunjukkan dukamu semuanya Karena segala sesuatu ada takdirnya Senanglah dengan kebaikan saat ini Kau 'kan lupakan apa yang kau lalui Karena, berapa banyak masalah yang melelahkan bagimu, padahal ujungnya ada yang menyenangkan  Allah, sanggup berbuat sekehendak-Nya Maka janganlah kau melawan-Nya
Duban melanjutkan senandungnya:
Tenang, dan berbaik-baiklah dengan segala susah hati Karena keresahan 'kan hilangkan akal yang jeli Tak ada guna mengasuh budak yang sudah tua Tinggalkan dia, agar kau selamat sejahtera
"Apakah kau tahu mengapa kau kupanggil ke istanaku, wahai OrangPintar?" ujar baginda Raja."Hanya Allah yang mengetahui hal gaib, Baginda," jawab Duban.
"Aku memanggilmu ke sini tak lain, adalah untuk membunuhmu!" jawabsang Raja.Mendengar jawaban itu, Duban terkejut, lalu dia berkata, "Wahai baginda,mengapa kau ingin membunuhku? Apa dosaku sehingga aku harus dihukummati?""Ada seseorang yang mengatakan padaku bahwa sebenarnya kau adalahseorang mata-mata yang datang ke sini untuk membunuhku," jawab Raja. Ke-mudian Raja memanggil algojo untuk menyingkirkan Duban yang dianggapnyasebagai pengkhianat.Merasa dirinya terancam, Duban berseru, "Baginda, biarkan hamba hidup,maka Allah akan membiarkan baginda hidup. Jangan bunuh hamba, karena jika tidak, Allah yang akan membunuh Baginda." Namun, Raja bergeming, "Tidak, aku takkan pernah merasa aman sampaikau dibunuh. Karena kau telah berhasil menyembuhkan penyakitku dengansesuatu yang hanya kupegang, maka kau tentu sanggup membunuhku hanyadengan sesuatu yang kucium, atau dengan cara lain."Duban menyergah, "Wahai baginda Raja, inikah balasan baginda untuk hamba? Air susu dibalas air tuba.""Tidak, kau tetap harus kubunuh," ujar sang Raja.Duban patah arang. Airmatanya meleleh. Dia menyadari bahwa perbuatan baiknya selama ini ternyata memang berada tidak pada tempatnya. Di tengahkesedihannya, Duban melagukan sepotong syair:
Maimunah adalah seorang gadis tolol  Meski ayahnya termasuk orang berilmu Tak pernah berjalan di tanah kering dan lumpur Kecuali dengan cahaya petunjuk karena takut tergelincir Kuberi nasihat, aku tak beruntung, karena mereka berdusta Nasihatku memerosokkan aku di negeri yang hina Kalau aku hidup kutakkan pernah beri nasihat, dan kalau aku mati,laknatlah para penasihat sepeninggalku dengan segala ungkapan
Duban lalu berkata, "Balasan baginda atas jasa hamba adalah seperti balasan yang dulu pernah dilakukan oleh seekor buaya.""Bagaimana kisah tentang buaya yang kau maksud?" tanya sang Raja.
Duban menjawab, "Hamba tak mungkin menuturkan kisahnya dalam ke-adaan seperti sekarang ini. Maka demi Allah, biarkanlah hamba hidup, makaAllah akan membiarkan baginda hidup." airmata Duban kembali mengalir deras.Melihat kejadian itu, beberapa orang pembantu Raja bangkit dan berkata,Wahai Raja, batalkanlah hukuman mati atas orang ini, karena kami tidak pernahmelihatnya berbuat dosa atas baginda. Yang kami tahu, orang inilah yang telahmenyembuhkan baginda yang tak dapat disembuhkan oleh tabib lain."Di ujung keputusasaan, Duban mengetahui bahwa Raja Yunan tak mungkinmembatalkan hukumannya. Duban berkata, "Wahai Raja, kalau memang baginda tetap harus membunuhku, maka berilah hamba kesempatan barangsejenak untuk kembali ke rumah hamba untuk memberi petunjuk kepadakeluarga dan semua tetangga hamba tentang cara penguburan hamba nanti.Hamba juga akan menghibahkan semua kitab ketabiban yang hamba miliki.Baginda, hamba memiliki sebuah kitab yang sangat istimewa yang akan hamba berikan kepada baginda."Raja lalu bertanya, "Kitab apa yang kau maksud?"Duban menjawab, "Di dalam kitab tersebut terdapat begitu banyak rahasiayang tak terhitung jumlahnya. Jika baginda memenggal kepala hamba, bukalahkitab itu. Pada lembar ketiga di baris ketiga halaman sebelah kiri, terdapatsebuah mantera yang akan membuat kepala yang telah terpenggal dapat berbicara untuk menjawab pertanyaan apa pun yang baginda ajukan."Dengan rasa takjub, baginda kembali bertanya, "Hai orang pintar, apakah jika kepalamu kupenggal dan kubacakan mantera itu, kepalamu akan dapat berbicara denganku?""Ya," jawab Duban.Setelah itu, Raja mengizinkan Duban untuk pulang ke rumahnya di bawah pengawalan ketat. Duban masuk ke dalam rumahnya. Dan sehariandia menyelesaikan segala urusannya.Keesokan harinya, Raja kembali memasuki ruang utama istananya. Dantak lama kemudian, masuklah Duban si Orang Pintar dan langsung berdiridi hadapan Raja. Tampak tangannya memegang sebuah kitab kuno. Duban pun duduk seraya berkata, "Tolong ambilkan sebuah baki." Setelah baki yangdimintanya tiba, Duban berkata, "Wahai baginda, silakan ambil kitab ini, namun jangan baginda buka kitab ini sebelum baginda memenggal kepala hamba.Ketika kepala hamba sudah dipenggal, letakkan kepala hamba itu di atas baki ini, karena dengan demikian darah dari kepala hamba akan berhenti. Sesudahitu, silakan Paduka membuka kitab ini."Tanpa menunggu lebih lama, baginda Raja langsung memerintahkan algojountuk memenggal kepala Duban. Kitab yang diberikan padanya diambilnya.Terpenggallah kepala Duban. Seperti yang telah diminta oleh Duban, algojolalu meletakkan kepala yang telah terpisah dari badan itu di atas baki, tepatdi hadapan Raja. Tiba-tiba Duban membuka matanya seraya berkata, "WahaiRaja, bukalah kitab itu!"Ketika mendengar perintah dari penggalan kepala di hadapannya, bagindaRaja langsung membuka kitab yang telah berada di tangannya. Aneh. Rupanyalembaran kitab rua itu telah melekat satu sama lain, sehingga baginda Rajamembasahi ujung jarinya dengan lidahnya agar dapat membuka halaman-halaman kitab tua itu. Dengan susah payah baginda Raja membuka halamandemi halaman. Berkali-kali sang Raja membasahi ujung jarinya denganlidahnya untuk mempermudah dirinya ketika membuka lembaran-lembarankitab kuno itu.Sudah enam lembar halaman kitab kuno itu yang dibuka oleh Raja Yunan,tetapi tidak satu huruf pun yang dilihat oleh baginda. Di tengah keheranannnya,Raja Yunan bertanya, "Wahai Orang Pintar, aku tidak menemukan tulisan apa pun di dalam kitab ini.""Cobalah baginda buka lagi halaman lainnya," ujar Duban.Maka Raja Yunan kembali membolak-balik halaman kitab di tangannya.Dan seperti sebelumnya, berkali-kali sang Raja membasahi ujung jarinya denganlidahnya untuk membuka halaman demi halaman yang rupanya memangsudah saling melekat.Lembar demi lembar dibuka oleh Raja Yunan. Entah sudah berapa kali jarinya berulang-ulang dibasahi dengan lidahnya, sampai akhirnya Raja Yunanterjatuh dari singgasananya dan langsung tewas!Rupanya, lembaran-lembaran kitab kuno yang diberikan Duban kepadaRaja Yunan telah dibaluri racun yang amat mematikan. Tindakan Raja yang berkali-kali membasahi ujung jarinya dengan lidah untuk membuka halamankitab yang lengket, telah membuat racun merasuk ke dalam rubuhnya.Melihat orang yang membunuhnya telah tewas, dari atas baki terdengar  penggalan kepala Duban bersenandung:
Mereka berkuasa, dan terus berlama-lama Sungguh sedikit yang baik, seolah hukum tak ada Jika harus insaf, insaflah! Tapi mereka menolak Maka waktu datang dengan bencana dan bala' Biarlah lisan kenyataan yang menyenandungkan Ini dibalas itu,karena tak ada yang mencela zaman
"Raja Yunan telah mati. Jadi, ketahuilah wahai jin seandainya saja diamembiarkan Duban hidup, tentulah Allah akan membiarkannya hidup.Akan tetapi sang Raja lebih memilih untuk membunuh Duban yang telah me-nolongnya, maka Allah membalas kejahatannya. Begitu pula denganmu, jikakau membiarkan aku hidup, maka Allah akan membiarkanmu hidup," ujar sinelayan tua kepada jin di dalam botol tembaga yang dibawanya.
Malam hampir lewat. Pagi sudah dekat. Syahrazad menutup mulutnya rapat-rapat.
Malam Ke- 6
Malam keenam tiba. Syahrazad kembali menuturkan ceritanya.
Ketika si nelayan tua berkata kepada sang jin, "Sebenarnya, jika kau mau mem- biarkan aku hidup, maka aku akan membebaskanmu, tetapi rupanya yangkau inginkan hanyalah membunuhku, oleh sebab itu aku biarkan kau mati didalam botol yang akan kulemparkan ke dalam laut."Ketika mendengar ucapan si nelayan tua, sang jin berkata, "Demi Allah, jangan kau lakukan itu! Beri aku kesempatan untuk hidup. Janganlah kau mem- balas kejahatan yang aku lakukan. Wahai nelayan, berbuat baiklah, meski tadiaku telah berbuat jahat padamu. Janganlah kau mengikuti apa yang pernahdilakukan oleh Umamah bersama Atikah.""Apa yang mereka berdua lakukan?" tanya si nelayan.
Dari dalam botol, jin itu menjawab, "Sekarang bukanlah saat yang tepatuntuk menceritakannya. Bebaskanlah aku, maka aku akan menuturkan kisahtentang kedua orang itu padamu."Tetapi si nelayan menolak dan berkata, "Tampaknya kau memang harussegera dilempar ke dalam laut. Tak mungkin aku mengeluarkanmu daridalam botol sekali lagi." Setelah berpikir dua kali, si nelayan tua akhirnya berkata, "Hai jin Ifrit, Allah pernah berfirman,
'Tepatilah janji, karena janji akandipertanggungjawabkan'
Engkau telah berjanji kepadaku dan bersumpah bahwakau tidak akan mengkhianatiku. Jika kau mengkhianatiku, maka Allah akanmembalas perbuatanmu, karena Dia hanya menunda pembalasan atas kejahatan,dan tidak pernah melalaikannya. Aku akan memperingatkan dirimu sepertiyang dilakukan oleh Duban kepada Raja Yunan,
'Biarkanlah aku hidup, maka Allahakan membiarkan kau hidup'."
Si nelayan membuka botol yang dipegangnya.Sang jin pun tertawa terbahak-bahak. Sambil melangkah dia berkata, "Hainelayan, ikuti aku."Si nelayan pun mengikuti sang jin dari belakang. Dengan perasaan gembiraatas kebebasannya, sang jin membawa si nelayan ke sebuah tempat di atasgunung. Tempat yang mereka berdua tuju adalah sebuah dataran luas yang ditengahnya terdapat sebuah telaga. Jin itu kemudian memerintahkan si nelayanuntuk menebarkan jaringnya ke tengah telaga untuk mengambil ikannya.Si nelayan tua lalu melihat ke dalam telaga. Di dalam telaga, si nelayan tuamelihat begitu banyak ikan beraneka warna, ada yang putih, merah, biru, dankuning. Sebuah pemandangan yang membuat si nelayan tua takjub. Tanpa pikir panjang, si nelayan langsung menebarkan jaringnya. Perlahan ditariknya jaringnya, ternyata dia berhasil menangkap empat ekor ikan dengan warnayang berbeda.Sang jin lalu berkata, "Bawalah keempat ekor ikan itu untuk dihadiahkankepada Sultan, niscaya engkau akan mendapatkan apa pun yang kau inginkan.Tetapi, demi Allah, maafkanlah aku, karena aku tidak tahu jalan yang haruskita tempuh, sebab aku telah berada di dasar laut selama seribu delapan ratustahun. Sungguh baru sekarang aku melihat dunia. Aku akan meninggalkanmu, pesanku, jangan kau mengambil ikan dari telaga ini lebih dari satu kali setiaphari. Semoga Allah melindungimu." Setelah mengucapkan kata perpisahan,sang jin menginjakkan kakinya dua kali ke tanah. Bumi pun terbelah, dansang jin masuk ke dalam tanah meninggalkan si nelayan tua. Dengan perasaan berbunga-bunga, si nelayan tua kembali ke kota, di dalam hatinya dia masihtak dapat mempercayai apa yang dialaminya bersama sang jin.Sesampainya di rumah, si nelayan memasukkan ikan yang ditangkapnyake dalam sebuah wadah yang telah diisi air. Diletakkannya wadah itu di ataskepalanya untuk dibawa ke istana seperti yang dianjurkan sang jin.Setibanya di istana, si nelayan langsung menunjukkan ikan tangkapannyakepada Sultan. Sultan merasa takjub atas apa yang dilihatnya, karena seumur hidupnya, baginda tidak pernah melihat ikan seperti yang dilihatnya kali ini.Sultan kemudian menyerahkan ikan-ikan yang dibawa si nelayan kepada juru masak untuk digoreng. Sultan kemudian memerintahkan salah seorangmenterinya untuk memberikan uang empat ratus dinar kepada si nelayantua. Setelah menerima uang yang diberikan menteri, si nelayan tua pulangke rumahnya. Dengan perasaan gembira yang meluap-luap, si nelayan tuamenemui istrinya untuk membeli berbagai kebutuhan keluarganya denganuang yang diterimanya dari Sultan.Sementara itu, di dapur istana, juru masak istana tengah sibuk menyiangiikan yang diserahkan Sultan padanya. Setelah ikan itu bersih, si juru masak memasukkan ikan-ikan itu ke dalam penggorengan. Si juru membiarkan ikanyang digorengnya di atas penggorengan, dan terjadilah sebuah kejadian aneh.Ikan yang sedang digoreng itu tiba-tiba berdiri, seraya menghadapkan wajahnyake arah dinding dapur. Dinding dapur yang ditatap oleh ikan itu kemudianterbuka, dan keluarlah seorang gadis kecil yang cantik jelita. Di kedua tangangadis kecil itu melingkar sepasang gelang yang indah, dan di jari jemarinya tersemat beberapa buah cincin bertatahkan permata yang indah. Sementaratangan gadis kecil itu memegang sebatang rotan. Gadis kecil itu kemudianmenusukkan batang rotan yang dipegangnya ke dalam penggorengan seraya berkata, "Hai ikan, apakah kau menepati janjimu yang dulu?" Berkali-kali gadiskecil itu mengucapkan pertanyaan yang sama, dan ikan-ikan itu pun menjawab,"Ya, tentu." Dan keempat ikan itu pun melagukan sebait syair:
Jika kau kembali, kami 'kan kembali.Jika kau menepati janji, kami pun 'kan menepati janji  Akan tetapi jika kau pergi, maka kami pun mencukupkan sampai di sini
Seketika, si gadis kecil membalikkan penggorengan di hadapannya, dankemudian masuk ke tempatnya yang tadi. Tembok dapur kembali seperti se-dia kala. Juru masak kerajaan yang sedari tadi menyaksikan kejadian aneh itulangsung berdiri menghampiri ikan-ikan yang dimasaknya. Sayang, ternyatakeempat ikan itu telah hangus menjadi arang. Pada saat yang bersamaan, salahseorang menteri masuk untuk membawa ikan yang tadi dimasak ke hadapanSultan.Karena keempat ikan yang dimasaknya telah hangus, juru masak kerajaanmenangis seraya menceritakan kepada sang menteri semua yang dilihatnyatadi. Sang menteri pun terkejut ketika mendengar penuturan si juru masak,dia kemudian memerintahkan salah seorang pembantunya untuk memanggilsi nelayan tua."Hai nelayan, kau harus membawakan kami empat ikan baru yang samadengan keempat ikan yang kau bawa tadi," ujar sang menteri kepada si nelayantua.Si nelayan pun mematuhi permintaan menteri. Dia segera kembali ke telagayang dikunjunginya bersama jin. Sesampainya di sana, jaring pun langsungditebarnya. Seperti sebelumnya, kali ini si nelayan berhasil menangkap empatekor ikan. Tergopoh-gopoh dibawanya ikan iku kepada menteri yang telahmenunggunya untuk kemudian diserahkan kepada juru masak istana.Ketika menyerahkan ikan-ikan aneh itu, sang menteri berkata, "Gorenglahikan-ikan ini di hadapanku, agar aku dapat melihat apa yang kau katakantadi." Juru masak istana pun langsung membersihkan ikan-ikan yang baruditerimanya dan kemudian memasukkannya ke dalam penggorengan.Benar. Tak berapa lama, dinding dapur istana terbelah dan keluarlahseorang gadis cantik yang tangannya memegang sebatang rotan. Sambilmenusukkan rotan ke dalam penggorengan, gadis itu berkata, "Hai ikan,apakah kau menepati janjimu yang dulu?" Ikan-ikan itu pun mengangkatkepala mereka seraya berkata, "Ya, tentu." Dan sekali lagi, keempat ikan itumelagukan syair yang telah disebut di atas.
Hari hampir pagi. Cerita yang dituturkan Syahrazad pun terhenti.
Malam Ke- 7
Syahrazad melanjutkan ceritanya...
Seusai mendengar perkataan sang ikan, gadis kecil itu kembali membalikkan penggorengan dengan menggunakan tongkatnya. Setelah melakukan itu, sigadis kembali masuk ke tempatnya keluar tadi, dan tembok yang terbelah pun kembali seperti semula.Setelah melihat kejadian tersebut dengan mata kepalanya sendiri, sangmenteri lalu berkata, "Masalah ini harus disampaikan kepada Sultan." Sangmenteri pun bergegas menghadap baginda Sultan untuk menyampaikan apayang baru terjadi di hadapannya."Aku harus melihat sendiri," demikian ucapan Sultan ketika mendengar laporan sang menteri.Sekali lagi, si nelayan rua diminta datang ke istana dengan membawaempat ekor ikan seperti sebelumnya. Sultan memberi waktu tiga hari kepadasi nelayan rua untuk memenuhi permintaannya. Sang nelayan pun kembalimendatangi telaga tempatnya mengambil ikan ajaib. Dan setelah berhasil me-nangkap empat ekor ikan, sang nelayan langsung menyerahkannya kepadasang menteri.Setelah menerima ikan yang diberikan oleh si nelayan rua, Sultan me-merintahkan menterinya untuk memberi empat ratus dinar kepada si nelayan.Kemudian baginda Sultan berkata, "Hai menteriku, gorenglah ikan-ikan itudi hadapanku.""Baik, Baginda," jawabnya. Lalu sang menteri mengambil sebuah penggorengan dan langsung memasukkan keempat ikan ajaib. Benar. Tembok istana terbelahdan keluarlah seorang budak hitam yang rupanya seperti kerbau atau orang Adyang buruk rupa, sementara tangannya memegang sebatang ranting berwarnahijau. Budak hitam itu lalu berkata, "Hai ikan, apakah kau menepati janjimu yangdulu?" Ikan-ikan itu pun mengangkat kepala mereka seraya berkata, "Ya, tentu."Dan sekali lagi, keempat ikan itu melagukan syair yang telah disebut di atas. Danseperti yang dilakukan si gadis cantik, si budak hitam itu pun kembali membalikkan penggorengan yang digunakan untuk memasak ikan tersebut hingga keempatikan yang sedang digoreng di atasnya hangus menjadi arang. Setelah itu, si budak hitam kembali masuk ke bagian tembok yang tadi terbelah.
Setelah budak itu menghilang, Sultan berkata, "Masalah ini tidak bolehdibiarkan. Ikan-ikan ini pasti menyimpan misteri yang luar biasa." Sultan punkemudian memerintahkan agar si nelayan tua dipanggil ke istana.Ketika si nelayan tua tiba di istana, Sultan bertanya padanya, "Dari manakau dapatkan ikan ini?""Dari sebuah telaga di antara empat gunung di balik gunung yang terletak di tepi ibu kota," jawab si nelayan.Lalu Sultan kembali bertanya pada nelayan tua itu, "Berapa hari waktuyang dibutuhkan untuk ke sana?""Kira-kira hanya setengah jam, Baginda," jawab si nelayan.Jawaban itu tentu membuat Sultan terkejut, dan baginda pun segera mem- bawa sebagian pasukannya untuk pergi bersama si nelayan tua. Di dalam hati,si nelayan tua mengutuk jin yang mengajaknya ke telaga ajaib itu.Rombongan besar kesultanan terus bergerak, hingga akhirnya merekatiba di puncak gunung dan tiba di sebuah dataran luas yang tidak pernahmereka lihat sebelumnya. Sultan dan seluruh pasukan merasa takjub dengandataran yang mereka lihat. Sebuah dataran yang terletak di antara empat buah gunung, dengan sebuah telaga berisi ikan empat warna: putih, merah,kuning, dan biru.Sultan hanya berdiri mematung, karena merasa ada yang tidak beresdengan apa yang dilihatnya, baginda berkata, "Apakah ada di antara kalianyang melihat sebuah telaga di tempat ini?"Mereka menjawab, "Tidak."Kemudian Sultan berkata lagi, "Demi Allah, aku tidak akan kembali keibu kota dan aku juga tidak akan duduk di singgasanaku lagi, sebelum akumengetahui misteri di balik telaga ajaib tersebut." Sultan pun kemudianmemerintahkan pasukannya untuk menetap di sekitar gunung, dan setelahitu, baginda memanggil salah seorang menterinya yang diketahui memiliki pengetahuan serta wawasan yang luas tentang berbagai masalah.Kepada menterinya itu Sultan berkata, "Aku akan melakukan melakukansesuatu, dan hanya kau yang tahu. Terbersit di dalam benakku untuk mencaritahu tentang telaga ajaib sendirian. Tugasmu adalah duduk di pintu kemahkuini, dan katakan kepada semua pembesar, menteri, dan pengawal, bahwaaku tidak mengizinkan siapa pun masuk untuk menemuiku. Dan jangan kau bocorkan rahasia ini kepada siapa pun." Dengan pakaian biasa dan dengan hanya membawa sebilah pedang, diam-diam Sultan pergi meninggalkan pasukannya dan terus berjalan hingga pagi tiba.Sultan terus berjalan sampai ketika matahari terasa begitu menyengat, ba-ginda pun berhenti untuk melepas lelah. Hanya sebentar Sultan beristirahat,dan kembali melanjutkan perjalanannya sampai malam datang dan terus ber-lanjut sampai pagi tiba. Tiba-tiba, nun di kejauhan mata Sultan melihat sebuahnoktah hitam. Kegembiraannya muncul, "Mudah-mudahan di sana ada orangyang dapat memberi tahu aku hal ihwal telaga dan ikan di dalamnya," begitukatanya di dalam hati.Ketika Sultan semakin dekat dengan noktah hitam yang dilihatnya, bagin-da mengetahui bahwa ternyata noktah hitam itu adalah sebuah istana yangdibangun dengan menggunakan batu hitam dan besi. Salah satu daun pintuistana itu terbuka.Dengan perasaan gembira, Sultan mengetuk pintu istana tersebut, tetapi tak ada jawaban. Sultan pun kembali mengetuk pintu istana itu untuk kedua kalinya,namun tetap tak ada jawaban. Sampai pada kali ketiga Sultan mengetuk pintu itudan masih tidak ada jawaban, akhirnya baginda memukul pintu istana itu kuat-kuat. Hening. Tak ada suara apa pun dari dalam istana. Sultan berkesimpulan bahwa istana di hadapannya itu pasti kosong. Dan setelah menghimpun segenapkeberaniannya, Sultan akhirnya masuk ke dalam istana aneh itu.Setibanya di bagian depan istana, baginda berseru, "Wahai penghuni istana,aku adalah orang asing yang sedang dalam perjalanan, apakah kalian memilikimakanan?" Namun, lagi-lagi hanya sunyi yang menjawab seruannya. Sultanmengulang seruannya sampai tiga kali, dan masih tidak ada jawaban.Setelah menguatkan hati, Sultan akhirnya memberanikan diri untuk masuk lebih jauh ke bagian dalam istana. Tak ada seorang pun yang dilihatnya. Matanyahanya melihat sebuah ruangan luas dengan lantai yang tertutup permadani. Ditengah ruangan itu terdapat sebuah air mancur. Di atas air mancur itu terdapatempat patung binatang yang terbuat dari emas yang pada bagian mulutnyamengalirkan air yang jatuh ke dalam kolam air mancur seperti ratna mutumanikam. Di sekeliling air mancur, terdapat banyak burung yang tidak dapatkeluar istana karena bagian atas ruangan ini dipasangi jaring. ketika melihatsemua itu, baginda Sultan begitu takjub, meski di dalam hatinya bagindamenyesal karena tidak dapat menemukan seorang pun yang dapat memberitahu tentang telaga, ikan, gunung, dan istana ini. Baginda Sultan masih tercenung sendiri dengan kepala yang dipenuhi seributanda tanya, ketika lamat-lamat telinganya mendengar nyanyian berikut ini:
Barang istimewa kusembunyikan, meski kekayaanku telah tampak Rasa kantuk telah pergi, dan mataku terus membelalak Muncul sebuah pikiran, dan kuseru hartaku Wahai harta, usah kau terus ada padaku Mengapa kalian muliakan pemimpin yang hina Ikuti nafsu, dan terus kejar kekayaan  Apa yang dilakukan si pemanah ketika berjumpa musuh Dia ingin memanah, padahal tali busurnya putus Jika terlalu banyak gundah hinggapi seorang pemuda 'Kan lari ke mana dia dari qadar dan dari qadha
Ketika Sultan mendengar suara itu, baginda langsung bangkit dan men-dekati arah suara itu. Di tempat asal suara itu Sultan melihat sehelai kain pem- batas yang menutupi sebuah pintu. Sultan segera menyingkapkan kain penutupitu, dan terlihatlah seorang pemuda yang duduk di sebuah singgasana yangsangat tinggi. Pemuda itu adalah sesosok pemuda yang tampan, baik tutur katanya, dengan pipi indah bagai pualam. Seorang pemuda yang sangat miripdengan yang diungkapkan oleh sebuah syair:
Tubuhnya dari ujung rambut dan dahinya Memendam banyak orang dalam gelap dan cahaya Jangan bantah dia yang di pipinya Terdapat titik hitam, hai saudara
Begitu gembira Sultan dapat berjumpa dengan pemuda itu. Baginda me-ngucapkan salam pada pemuda itu, dan pemuda itu pun membalas salamnyadari atas singgasana. "Wahai tuan, maafkan aku yang tidak bangkit dari sing-gasanaku," ujar sang pemuda.Sultan pun berkata, "Wahai pemuda, tolong beritahu aku tentang telaga,ikan aneka warna, istana ini, dan penyebab mengapa kau berada di tempat iniseorang diri sambil bersedih?"Usai mendengar pertanyaan Sultan itu, sang pemuda langsung menangistersedu-sedu.
"Mengapa kau menangis lagi?" tanya Sultan keheranan.Pemuda itu tidak menjawab, dari mulutnya hanya terdengar senandung berikut ini:
Serahkan segalanya kepada Rabb manusia Tinggalkan gundah, jangan terus berpikir Jangan tanyakan akan apa yang terjadi Karena semuanya terikat qadha dan qadar
Pemuda itu lalu berkata, "Bagaimana mungkin aku tidak menangis, se-mentara keadaanku seperti ini." Seraya mengatakan itu, sang pemuda itumengangkat bagian bawah bajunya. Tersingkaplah sebuah pemandangan yangmenakjubkan. Ternyata dari kepala sampai perut, pemuda itu memang berwujudmanusia, tetapi dari perut ke bawah tubuh pemuda itu berupa batu!Pemuda itu berkata, "Ketahuilah wahai Sultan, bahwa ikan yang kaumaksud itu memiliki kisah yang unik. Begini kisahnya," sang pemuda memulaiceritanya.Dulu, ayahku adalah raja di negeri ini. Baginda bernama Mahmud, danmenguasai Kepulauan Hitam. Baginda berkuasa selama tujuh puluh tahun.Setelah beliau meninggal dunia, kekuasaan jatuh ke tanganku, dan aku punmenikahi salah seorang sepupuku. Sepupuku yang kunikahi itu adalah seoranggadis yang sangat mencintaiku, sampai-sampai jika aku pergi, dia akan berhentimakan dan minum sampai aku pulang.Aku telah menikahinya selama lima tahun. Sampai pada suatu saat,istriku itu pergi ke tempat pemandian, dan dia meminta juru masak untuk menyediakan makan malam. Pada saat itu, aku masuk ke istana dan tidur ditempatku ini. Aku meminta dua orang selirku untuk menemaniku, salah seorangdari mereka duduk di dekat kepalaku, sementara yang lain duduk di dekatkakiku. Di dalam hati aku gelisah karena teringat istriku yang sedang keluar istana, sehingga meskipun mataku terpejam, namun sebenarnya batinku terusmemikirkannya. Tiba-tiba selirku yang duduk dekat kepalaku mengatakankepada selirku yang duduk dekat kakiku, "Hai Mas'udah, sungguh malangnasib tuan kita ini, dia terus dikhianati oleh istrinya yang bejat itu."Temannya pun menjawab, "Dasar pezina laknat! Sungguh tuan kita initidak cocok memperistri seorang perempuan bejat pezina seperti dia yang se-tiap malam tidur dengan laki-laki lain."
"Tetapi, tuan kita ini tidak pernah mempertanyakan masalah ini," ujar selirku yang duduk dekat kepalaku.Temannya kembali berkata, "Ah kau pun! Tuan kita ini tidak mungkintahu kebejatan istrinya itu, dan istrinya juga tidak mungkin mengerjakanitu atas izinnya? Karena yang sesungguhnya terjadi adalah istri tuan kita iniselalu membubuhkan sesuatu ke dalam minuman yang diminum oleh tuankita ini sebelum tidur. Istrinya itu selalu membubuhkan obat tidur ke dalamminumannya, sehingga beliau selalu tidur sangat lelap dan tidak mengetahuiapa yang terjadi, beliau juga tidak dapat mengetahui apa yang dikerjakanistrinya. Setelah beliau tertidur, istrinya langsung berdandan dan keluar darikamarnya sampai pagi. Ketika pagi datang, istrinya akan membangunkannyadengan ramuan khusus yang diletakkan di hidungnya."Ketika aku mendengar semua penururan selirku itu, aku merasakan seolahlangit runtuh menimpaku.Malam kembali datang. Istriku baru pulang dari tempat pemandian, dankami langsung makan malam seperti biasa. Selesai makan, aku meminta segelasminuman yang biasa aku minum menjelang tidur. Istriku pun segera mengambilsegelas minuman dan diberikan kepadaku. Aku langsung mengambil minumanyang dibawanya dan aku berpura-pura seolah aku meminum minuman yangdibawanya itu. Kemudian aku berpura-pura tidur.Ketika melihat aku memejamkan mataku, istriku tiba-tiba berkata, "Tidurlahseperti orang mati. Demi Allah aku sangat membenci dirimu dan tampangmu,aku juga sudah bosan hidup denganmu." Setelah mengucapkan kata-kata itu,istriku bangkit dari tempat tidur dan mengenakan pakaiannya yang palingindah, memakai minyak wangi, mengambil pedang, dan kemudian keluar dari istana.Tanpa sepengetahuan istriku, aku mengikutinya dari belakang. Teruskukuntit dia melewati pasar-pasar di dalam kota sampai akhirnya dia tiba di pintu gerbang kota. Tiba-tiba kudengar istriku mengucapkan beberapa kalimatyang tak kupahami artinya, dan seketika, semua kunci yang menempel digerbang kota berjatuhan dan gerbang kota pun terbuka. Istriku terus berjalankeluar, dan tanpa sepengetahuan dirinya, aku terus mengikutinya dari belakang.Ternyata yang ditujunya adalah sebuah benteng yang terletak di antara dua bukit. Di dalam benteng itu terdapat sebuah bangunan berkuhah yang dibangundengan bahan tanah. Istriku memasuki bangunan itu, sedangkan aku terusmengawasi istriku melalui bagian luar bangunan itu yang kupanjat.
Cerita-cerita yang begitu menarik tapi akhir ceritanya selalu menggantung dan bikin penasaran. Saking penasarannya Sang Raja tidak berani membunuhnya. Ia merasa harus mendengar kelanjutan ceritanya. Itu berlangsung 1001 malam lamanya. Cerita baru berakhir ketika akhirnya sang istri telah memberinya 3 anak dan membuktikan kesetiaannya pada sang raja.
Cerita-cerita didalamnya termasuk "Sinbad Sang Pelaut", "Aladin dan Lampu Wasiat", juga "Ali Baba dan 40 Penyamun".

6 komentar:

  1. tolong minta lanjutan ceritanya, kalo bisa ssampe akhir....

    BalasHapus
  2. admin kelanjutan kisahnya masih ada gak? please di posting yah atau kirimin donk di email ini arbihamzah95@gmail.com

    BalasHapus
  3. cerita 1001 malam memang legendaris

    BalasHapus
  4. Takut Menang Banyak Tidak Dibayar ??

    Bergabung Bersama Kami Di Bola206 Situs Betting Online Terpercaya dan Sudah Berpengalaman Dengan Transaksi Besar.

    Menang dan Dapatkan Hadiahnya !!

    - Bonus Deposit New Member 10 %
    - Bonus Deposit Harian 5%
    - Bonus Rollingan Casino 1 %
    - Bonus Cashback Sportbook dan Sabung Ayam 5 %
    - Bonus Referral 2,5 %

    Kunjungi Situs Kami Di www,indo206,net
    No WA : 081363191417
    Line Messenger: agenbola206

    Tersedia Bank

    - BCA
    - MANDIRI
    - BNI
    - BRI
    - DANAMON

    ALL BANK ONLINE 24 JAM

    Situs Taruhan Bola, Live Casino, Sabung Ayam, Slot Game Gampang Menang Hanya Di Bola206


    #agenjudibola #agenjudionline #agenjudi #agenjudionline #agenjudisabungayam #judibola #judibolaonline
    #agencasino #agencasinoonline #agencasinoterpercaya #betting #bettingonline #sabungayam
    #judisabungayam

    BalasHapus